Rabu
Kedipan pada Bagian Tubuh sebagai Firasat Ditinjiau dari Segi Islam
09.33
|
Pernah seorang ‘kyai’ tiba-tiba menghentikan ceramahnya lalu berkata:
“Disini ada yang mengunjing saya, buktinya, daun telinga saya kedutan.”
Percayakah anda dengan kesimpulan sang kyai tersebut? Mungkin anda pernah
mengalami kedutan, yakni adanya getaran cepat pada bagian tubuh tertentu.
Datangnya tiba-tiba, dan tidak dapat dikendalikan gerakannya. Mungkin dari
sinilah kemudian orang membuat tafsiran yang bermacam-macam tentang kedutan.
Untuk setiap anggota badan yang kedutan memiliki tafsiran yang berbeda.
Konon, jika seluruh bagian tubuh berkedut, itu tandanya akan menghadapi
banyak urusan. Jika hanya kepala sebelah kiri saja berarti akan mendapat rezeki
‘nomplok’. Jika kepala sebelah kanan yang berkedut, artinya akan mendapat
pujian orang banyak. Jika alis yang berkedut katanya pertanda akan bertemu
dengan orang dicintai. Lain halnya jika yang berkedut adalah kulit mata sebelah
kanan, konon dia akan menangis karena akan mendapatkan kejadian yang
menyakitkan. Ada juga yang bilang kalau daun telinga berkedut itu tandanya orang
membicarakan keburukannya. Begitulah seterusnya, orang membuat tafsir kedutan
dari ubun-ubun hingga ujung kaki. Katanya kedutan pada ubun-ubun adalah alamat
akan diangkat jadi pemimpin, sedangkan kedutan ditumit pertanda dia akan
prihatin dan bekerja keras.
Bagi orang yang mempercayai kebenaran bahwa kedutan membawa tanda-tanda
tertentu, maka dia akan berharap-harap mendapat kebaikan apabila kedutan
tersebut pada bagian-bagian yang dianggap membawa kebaikan. Dan bila kedutan
tersebut memberi tanda keburukan, maka hatinya akan cemas memikirkan keburukan
yang akan menimpanya tersebut.
Firasat Memang Ada
Firasat Memang Ada
Kalangan ulama tidak mengingkari adanya firasat yang dimiliki oleh orang
mukmin, apalagi ada hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi yang
berbunyi, “Hati-hatilah dengan firasatnya orang mukmin, karena dia melihat
dengan cahaya ALLAH.” (HR. Tirmidzi, Gharib). Ibnul Qayyim Al-Jauziyah termasuk
ulama yang menguatkan adanya firasat bagi orang mukmin, seperti terlihat dalam
karya-karya beliau. Di antara yang beliau katakan adalah, “Barangsiapa yang
menjaga dhahirnya dengan mengikuti sunnah, menjaga hatinya dengan muraqabah,
menjaga matanya dari yang haram dan mencegah nafsunya dari syubhat dan makan
(hanya) dari yang halal, niscaya firasatnya tidak salah.”
Hanya saja, hakikat dan bagaimana terjadinya firasat sangatlah berbeda
dengan apa yang dipahami oleh orang-orang yang mempercayai hubungan kedutan
dengan peristiwa yang akan terjadi.
Al-Hafizh Al-mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwazhi bi syarh jami’ Tirmidzi,
ketika menjelaskan hadits di atas menyatakan: (firasat) bisa memiliki dua
pengertian, seerti yang terlihat pada dhahir hadits, yakni ALLAH menyusupkan
firasat itu di hati para wali-NYA, sehingga mereka mengetahui kondisi seseorang
sebagai bagian dari karomah, atau memiliki ketepatan wawasan, dugaan dan
kemantapan. Makna kedua, dia mendaptkan (firasat) itu berdasarkan pengalaman,
keadaan, ata perilaku kebiasaan yang dengannya bisa diketahui kondisi manusia.
Para ulama tidak menyebutkan bahwa firasat itu hadir dengan adanya sinyal
dari gerakan tubuh tertentu (kedutan), arah angin tertentu atau suara burung
tertentu. Bahkan mengaitkan kedutan dengan peristiwa tertentu lebih layak
dikatakan tathayyur yang merupakan kesyirikan.
Secara bahasa kata ini berasal darikata thair yang bermakna burung, yakni meramal kejadian berdasar suara burung. Namun pengertian tersebut secara istilah juga mencakup seluruh keyakinan yang mengaitkan peristiwa tertentu dengan tanda tertentu yang secara ilmiah dan syar’i tidak ada kaitannya, lalu hal itu dijadikan acuan untuk melangkah atau mengurungkan suatu perbuatan. Perbuatan ini termasuk syirik. Imam Ahmad meriwayatkan hadits dari Ibnu Amru, “Barangsiapa yang mengurungkan hajatnya karena tathayyur, maka dia telah berbuat syirik.” (HR. Ahmad). Tak ada hubungannya telinga kedutan dengan orang menggunjingnya di tempat jauh, baik secara ilmiah maupun secara syar’i. sehingga tidak layak kita menjadi sedih karena menunggu musibah yang akan terjadi setelah ada sinyal kedutan, atau mengurungkan niat baik gara-gara kedutan.
Secara bahasa kata ini berasal darikata thair yang bermakna burung, yakni meramal kejadian berdasar suara burung. Namun pengertian tersebut secara istilah juga mencakup seluruh keyakinan yang mengaitkan peristiwa tertentu dengan tanda tertentu yang secara ilmiah dan syar’i tidak ada kaitannya, lalu hal itu dijadikan acuan untuk melangkah atau mengurungkan suatu perbuatan. Perbuatan ini termasuk syirik. Imam Ahmad meriwayatkan hadits dari Ibnu Amru, “Barangsiapa yang mengurungkan hajatnya karena tathayyur, maka dia telah berbuat syirik.” (HR. Ahmad). Tak ada hubungannya telinga kedutan dengan orang menggunjingnya di tempat jauh, baik secara ilmiah maupun secara syar’i. sehingga tidak layak kita menjadi sedih karena menunggu musibah yang akan terjadi setelah ada sinyal kedutan, atau mengurungkan niat baik gara-gara kedutan.
Khurafat
Hasil otak-atik orang yang mengaitkan kedutan dengan peristiwa tertentu
bisa pula dikatakan khurafat. Karena makna khurafatI berasal dari kata kharaf
yang bermakna pikiran yang bingung. Sedangkan secara istilah ada yang
mengartikan sebagai dongeng, isu tau rumor yang tidak ada bukti kebenarannya.
Terdapat pula riwayat yang menyebutkan asal-usul khurafat. Aisyah
berkata, “Suatu hari Rasulullah SAW bercerita di hadapan para istrinya, lalu
salah seorang di antara mereka berkata, ‘Wahai Rasulullah, cerita itu hanyalah
khurafat!’ Nabi bertanya, ‘Tahukah kalian apakah khurafat itu? Ada seorang
laki-laki dari Udzrah yang ditawan oleh jin pada masa jahiliyah dahulu, lalu
orang itu tinggal bersama jin selama berbulan-bulan. Setelah itu dia
dikembalikan ke alam manusia, lalu dia bercerita kepada orang-orang tentang
peristiwa ajaib yang dialaminya,kemudian orang-orang berkata: ‘Itu cerita
khurafat.’’’(HR. Ahmad)
Khurafat bisa juga bermakna suatu keyakinan yang dihasilkan dari rekaan,
khayalan, atau otak-atik orang yang mengaitkan kejadian satu dengan yang lain
tanpa dasar ilmiah dan syar’iyah. Istilah lain yang mungkin dekat dengan
khurafat adlah mitos.
Kedutaan bukan merupakan tanda apa-apa. Apalagi sebab terjadinya bisa
dijelaskan secara medis. Kedutan pada kelopak mata misalnya, itu bisa saja
terjadi akibat gangguan syaraf pada kelopak mata sehingga otot pada pada
kelopak mata berkontraksi secara ritmis, tak ada hubungannya dengan peristiwa
yang dialami. Walaupun terkadang setelah dia kedutan misal di tangan kemudian
setelah itu dia menerima duit. Kejadian tersebut hanya kebetulan belaka, yang
tidak ada hubungan sama sekali. Bisa jadi dia menerima uang tersebut karena
sebelumnya dia bekerja dan mendapat upah, maka pekerjaannya itulah yang
menyebabkan dia mendapatkan uang, bukan karena kedutan di tangan.
ALLAH telah memperingatkan untuk tidak menduga-duga suatu perkara ghaib,
“Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya
persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran.” (QS. Yunus:
36)
Sumber: Ar-Risalah no. 38 Tahun 2004
Langganan:
Posting Komentar
(Atom)
Label
- Cinta (2)
- HSU (8)
- Inspirasi (6)
- Kalimantan Selatan (8)
- Teori (5)
- Trik (13)
- Wanita dan Pria (5)
terima kasih atas info yang anda berikan.. sangat bermanfaat :)
BalasHapus